It's just my little's notes…

Hari ini merupakan hari yang baru buatku, hari yang belum pernah kualami sebelumnya ….kenapa? ya hari ini merupakan hari pertama aku memasuki dunia belajar dan bermain dengan teman-teman disekolah di sebuah TKIT di lingkungan rumahku, dunia yang selama ini baru bisa aku kubayangkan dan aku lihat saja dari kedua kakakku…namun saat ini aku tengah merasakannya…duh senangnya tenyata sekolah itu menyenangkannya ya… 🙂

Ummi dan abahku sangat gembira, segembira diriku yang akan bersekolah, beberapa hari terakhir sebelum memasuki tahun ajaran baru, ummi & abah terlihat semangat, sesemangat diriku, dalam mempersiapkan segala sesuatu untuk keperluan sekolahku…mulai dari mengecilkan baju seragamku hiii…..soalnya baju yang didapat dari sekolah kegedean….juga memberikan label nama pada buku-buku paket belajarku yang lumayan banyak serta memberi nama pada setiap biji alat-alat tulis seperti crayon, pensil warna, gunting, spidol , pensil , kertas lipat, penghapus tak ketinggalan alat kebersihan diri seperti pasta gigi, sikat gigi, sandal dan lain sebagainya supaya tidak tertukar dengan milik teman sekolah.

Kata ummiku hari ini aku pinter dan hebat loh..karena dihari pertamaku masuk sekolah aku tidak menangis, ummi hanya mengantarku berangkat ke sekolah dan menungguiku 10 menit saja, setelahnya ummi langsung berangkat kerja….dan aku langsung bergabung bersama teman-teman baruku… 🙂 … berani ya aku …. (stttt ya iyalah karena aku ditungguin sama mbak pengasuhku he….), dan ummiku berharap esok hari dan seterusnya aku bisa konsisten dan kontinyu masuk sekolah..semoga ya.

Hari pertamaku sangat seru dan menyenangkan, aku diajari berbaris, berdoa dan mengucapkan ikrar anak sholeh sebelum masuk kelas, setelah itu kami belajar untuk berani mengenalkan diri kepada semua teman-teman sekelas yang berjumlah 12 anak..duh aku masih malu-malu karena ini merupakan hal baru bagiku dan ternyata aku siswa paling muda dikelasku…namun akhirnya aku berani juga loh. Alhamdulillah hari ini aku berhasil melewati hari baruku dengan baik dan lancar, Insya Allah esok hari aku akan kembali ke sekolah lagi.

ROBBII ZIDNII ‘ILMAA WARZUQNII FAHMAA َWAJ’ALNII MINASH-SHOOLI_HIIN َAMIIN YA ROBBAL ‘AALAMIIN

Ya Alloh tambahkanlah aku ilmu, berilah aku karunia untuk dapat memahaminya dan jadikanlah aku termasuk golongannya orang-orang yang sholih

Semesta bertasbih padaMu
Sucikan diriMu, lafadzkan asmaMu
Gunung-gunung bintang makhlukMu
Mentari, rembulan tunduk taat padaMu

Ya rabbi…. Ya rabbi

Alam raya didalam nafasnya
Berdzikir agungkan takkan pernah berhenti
Burung yang terbang diangkasa,
dilaut pun semua mensucikan asmaMu

Tiada satupun pengingkaran alam padaMu
Tiada satupun pengingkaran hati setiap makhlukMu

Masih ingat dengan syair lagu diatas? Lagu yang diciptakan dan dinyanyikan Opick kurang lebih 4 tahun silam ini, selalu enak didengar, ya lagu nasyid dan religi memang selalu enak didengar, meresapi syair-syairnya sebagai pengingat diri yang sering lupa dalam mengingat Allah SWT.

Lagu semesta bertasbih menceritakan tentang alam semesta yang selalu memuji kebesaran dan keagungan Allah juga ketundukan dan ketaataan mereka kepada Allah Sang Maha Pencipta. Sungguh suatu penghambaan tanpa pamrih.

Banyak ayat yang menerangkan bahwa seluruh alam semesta ini senantiasa memuji dan bertasbih kepada Allah SWT antara lain :

“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”. (Al-Qur’an Surat Al-Israa’ ayat 44)

“Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) di waktu petang dan pagi (QS. Shaad:18)

“Kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (QS. An Nur : 41)

“Dialah yang memperlihatkan kilat kepadamu (yang menimbulkan) ketakutan dan harapan dan Dia mengadakan awan mendung. Dan guruh bertasbih dengan memujiNya, dan (demikian pula) para malaikat karena takut kepadaNya (Qs. Ar Ra’du : 12-13)

“…lalu dia berkata kepadanya (langit) dan kepada bumi: Datanglah kau keduanya menurut perintahKU dengan suka hati atau terpaksa. Keduanya menjawab: ‘kami datang dengan suka hati’”. (QS. Fushshillat : 11)

Renungan diri :
Manusia tentu tidak lebih kuat dari kilat dan guruh,
Manusia tentu juga tidak lebih perkasa dari langit dan bumi,
Dan Manusia tentu tidak lebih kokoh dari gunung-gunung,
Jika demikian pantaskah manusia menyombongkan diri dan lalai dari mengingatNya

Melihat gambar – gambar dibawah ini, jelas kita semua langsung tahu dan percaya kalau ini merupakan gambar coklat. Bagi yang suka makan coklat melihat coklat kayak begini pasti langsung selera kepengen makan 🙂

Coklat memang bisa disulap menjadi berbagai macam bentuk sesuai dengan selera dan yang pasti dibuat keren dan cantik untuk menarik para pembelinya.

Berbagai macam bentuk dan kreasi dari coklat yang biasa kita temui antara lain seperti ini.

Bentuk hati

Bentuk bunga

Tapi langsung percayakah kita apabila pertama kali lihat benda kayak gini adalah juga coklat 😉

Setengah tidak percaya saat teman saya memberi saya coklat berbentuk batu kerikil kayak diatas (asli mirip banget batu kerikil hiasan), saya kira dia memberi saya untuk aquarium 😳 , namun teman saya bilang itu coklat oleh-oleh dari Arab .. wah baru tahu ni 😉 rupanya saya yang udik :), karena penasaran langsung saya coba … hmmm enak …memang rasa coklat.

Lucunya ketika saya bawa pulang kerumah dan saya tunjukin ke anak-anak tanpa memberitahu kalau yang saya bawa adalah coklat, mereka heran batu kok ditaruh ditoples dan lebih heran lagi ketika saya mengunyahnya, serempak mereka bilang….lho mi batu kok dimakan?.. Iya nak batunya enak rasa coklat 🙂

*) hanya postingan iseng karena keheranan saya melihat hal yang aneh.

Ketika membuka koleksi cd-cd lama dirumah, saya menemukan sebuah cd film Children of Heaven, sebuah film lama namun saya sangat terkesan sekali dengan film tersebut, mengharukan dan banyak pesan moral yang disampaikan, ketika menontonnyapun saya tak pernah sanggup untuk menahan air mata haru dari kisah film ini.

Sinema ini mengambil setting tentang satu keluarga miskin dengan dua orang anak yaitu Ali dan Zahra. Ali tanpa sengaja menghilangkan sepatu satu-satunya milik Zahra adiknya, Zahra sedih dan merasa amat kesal saat sepatunya hilang oleh kakaknya, Ali. Di sisi lain, Ali pun khawatir jika kasus hilangnya sepatu itu akan diketahui oleh sang Ayah. Maka, demi menutupinya, mereka mesti bergantian memakai sepatu Ali untuk pergi bersekolah. Zahra yang masuk lebih pagi akhirnya harus berlari sepulang sekolah untuk menyerahkan sepatu yang ia kenakan kepada Ali yang masuk siang.

Beberapa kecerdikan khas anak-anak dalam menghadapi masalah terlihat di lakon ini. Ali beberapa kali harus berbohong pada gurunya ketika ia terlambat. Bahkan pernah sekali waktu, Ali diusir Kepala Sekolah, meski kemudian dibantu seorang guru untuk bisa masuk kelas.

Disinilah kemudian kisah heroik Ali dimulai. Suatu hari, ia melihat pengumuman di sekolah mengenai lomba lari marathon, yang untuk juara ketiga tersedia hadiah sepasang sepatu baru. Melihat kesempatan ini, Ali merasa mendapatkan jalan untuk mengganti sepatu adiknya. Kebiasaan harus berlari kencang tiap hari ke sekolah, termasuk pengalaman dikejar anjing ketika membantu ayahnya menjadi tukang kebun, memercikkan sebuah optimisme pada Ali untuk mencoba tantangan lomba lari itu.

Lomba berjalan seperti harapan. Ali dan rombongannya, yang datang dengan truk dan berbusana seadanya, harus berhadapan dengan anak-anak elit yang sepertinya terlatih untuk memenangkan lomba ini. Ali terus memacu langkahnya untuk menjadi juara ketiga. Meski sempat terjatuh di tengah lomba, ia terus berlari, hingga ia lupa bahwa ia hanya ingin juara ketiga. Kenyataan berjalan tak sesuai keinginan, Ali menjadi juara pertama.

Film garapan sutradara asal Iran Majid Majidi ini, dikemas dengan sederhana dan mengangkat tema kehidupan sehari-hari di Iran. Cerita ini bertutur tentang kemiskinan tanpa harus dipenuhi kemuraman, kisahnya tidak cengeng meski hidup dalam keterbatasan. Dengan imaji yang rasional, film yang dibintangi dua bintang cilik ini—Amir Farrokh Hashemian (sebagai Ali) dan Bahare Seddiqi (sebagai Zahra) terasa dekat dengan aktivitas kita sehari-hari. Film ini menyabet penghargaan Best Picture dari Festival Film Montreal dan menjadi nominator untuk kategori Best Foreign Film pada Academy Award tahun 2004, sebuah gelar yang akhirnya dimenangi oleh Life is Beautiful-nya Roberto Benigni.

Kendati berkisah tentang kehidupan anak-anak, menurut saya film ini sangat bagus dan layak, dan saya sangat rekomendasikan, untuk ditonton oleh para orang tua juga anak-anak (bagi yang belum pernah menonton) karena mengajarkan beberapa pesan, nilai dan pelajaran tentang kehidupan.

Pertama : Ikhlas dan tawakkal menerima keadaan yang ada, dalam keterbatasan ekonomi tidak lantas membuat mereka menjadi cengeng dan minta belas kasihan orang lain.

Kedua : Anak-anak yang sangat memahami keadaan orang tuanya, ketika sepatu adiknya hilang tidak membuat Ali merengek dibelikan orang tuanya, namun tetap bertahan dengan satu sepatu untuk berdua yang dipakai secara bergantian.

Ketiga empaty dan murah hati, ketika melihat sepatunya yang hilang ternyata dipakai oleh anak dari keluarga yang lebih miskin dari mereka, mereka tidak memaksa mengambil sepatunya itu kembali. Kalau hal tersebut terjadi pada diri kita mungkin yang kita lakukan adalah meminta kembali sepatu tersebut apalagi sepatu tersebut satu-satunya sepatu milik kita dan sangat kita butuhkan.

Keempat tanggung jawab, karena telah menghilangkan sepatu adiknya Ali berusaha menggantinya meski dengan perjuangan yang berat sebagai wujud tanggung jawabnya.

Masih banyak lagi pelajaran yang dapat dipetik dari kisah ini, dan yang ingin saya katakan untuk mereka anak-anak dalam kisah ini “mereka adalah anak-anak hebat dan luar biasa, pantas jika film ini berjudul ANAK-ANAK SURGA.

Sejak jumat pagi, sms bapak sudah beberapa kali muncul ke telepon selular kami, mengirim percik-percik kerinduan sesosok orang tua kepada anak-cucunya. Pun demikian ketika langkah kami masih di tengah perjalanan, dan rehat shalat jumat di suatu masjid. Sekitar pukul 1 siang kami tiba di kampung halaman kami, ketika kendaraan kami hampir memasuki plataran disamping rumah terlihat bapak sudah menunggu kedatangan kami diteras rumah.

Raut muka tua itu menjadi sangat sumringah melihat kedatangan kami dan seperti kebiasaannya beliau selalu mengangkat kedua tangannya keatas sebagai ekspresi kegembiraannya apabila bertemu dengan orang-orang yang dirindukannya.

Kembali pulang, anakku sayang
Kembali ke bilik malam
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
Tentang cinta dan hidupmu di pagi hari

(Surat dari Ibu – Asrul Sani, 1948)

Kami terakhir pulang kampung pada akhir Desember tahun lalu, alias 4 bulan kami baru bisa mengunjungi bapak dan ibu lagi, belum terlalu lama memang, namun rasa rindu sudah sangat mendalam seakan sudah lama sekali kami tidak bertemu, terutama bapak selalu menghitung hari apabila kami bilang atau berencana pulang kampung. Ternyata saling berkirim gambar, kabar dan suara belumlah cukup untuk menghapus semua kerinduan dan kiranya hanya pertemuanlah yang bisa membayar lunas rindu yang terpendam.

Yang saya bilang bapak ini adalah bapak mertua saya, meski bapak mertua namun kedekatan hati saya sebagai menantu seperti kedekatan antara anak dan bapak kandungnya. Ya bapak sangat menyayangi para menantunya sebagaimana bapak menyayangi anak kandungnya sendiri. Bapak mertua bagi saya adalah sosok pengganti bapak kandung saya yang telah wafat 16 tahun lalu.

Sebagaimana sebuah doa: rabbana hablana min azwaajina, wadzurriyatina, qurrata a’yuni waj’alna lil muttaqina imamaa.. Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikan kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Anak dan cucu adalah perhiasan di kala tua, penyejuk mata saat lanjut usia. Diusia senjanya seperti sekarang ini, yang menjadi kebahagian bapak dan ibu adalah ketika semua anak-anak dan keenam cucunya berkumpul, terlihat jelas sinar bahagia terpancar dari wajahnya ketika melihat kami dalam keadaan sehat dan menyaksikan tingkah polah cucu-cucunya. Terdengar berulang-ulang bapak mengucapkan kata “porem” istilah orang-orang dikampung kami yang kira-kira maksudnya adalah KEREN ABIS 🙂 sanking senangnya hati beliau melihat semua anaknya bisa berkumpul.

Jika saya kaitkan dengan salah satu manfaat silaturahmi bisa memperpanjang umur, kiranya benar adanya karena dengan bertemu dan berkumpul dalam suasana yang menyenangkan, hati menjadi bahagia dan gembira, hilang segala kesedihan dan mengobati / mengurangi permasalahan yang ada.

Ketika tahu kami hanya bisa menginap satu malam saja, Bapak terlihat sangat kecewa, “durung mari kangenne je kok kesusu balik” (belum habis kangennya kok buru-buru pulang) ….ya bapak mengharapkan kami 2 hari tinggal disana, namun karena suatu urusan memaksa kami harus membagi-bagi waktu agar bisa terlaksana semua. Maafkan kami pak bu, sebenarnya kami juga sangat ingin berlama-lama disini.

Perpisahan sering mendatangkan kesedihan dan itulah yang terjadi ketika kami berpamitan esok harinya, dengan muka yang berkaca-kaca bapak – ibu mencium kening kami seraya berkata “hati-hati dijalan ya, doa bapak ibu selalu untuk kalian.

Dengan berat hati kami meninggalkan mereka, batin kamipun sedih ketika harus meninggalkan bapak ibu, tapi Insya Allah kami akan sering mengunjungimu untuk bisa ngumpul lagi dan doa kamipun akan selalu terlantun untukmu.. Robbirhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo
“Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” [Al Israa’:24]

You held me up when I was weak.
You hugged me close when tears I’d weep.
When things got hard, you pushed me through.
You always showed me you loved me true.
I know there were times I made you cry, and to this day,
I don’t know why.
For without you, where would I be?
I am thankful God gave you to me.
Thanks Dad for you are one in a million.

(Daddy – Laura Phipps, 1996)

Ketika memasuki bulan April, yang terlintas dalam benak kita adalah hari Kartini, yaitu hari untuk memperingati seorang tokoh wanita yang kita kenal sebagai pejuang emansipasi wanita.

Kecil saya dulu ketika masih sekolah SD, setiap tanggal 21 April selalu memperingati hari Kartini dengan mengadakan karnaval dan berbagai lomba dengan memakai baju pakaian adat, ketika itu belum tahu apa arti dan maksud dari perjuangan RA Kartini, tahunya hanya tanggal 21 April adalah hari Kartini dan senang karena ada karnaval dan lomba memakai baju adat 🙂

Lalu pelajaran apa yang bisa diambil dari seorang Kartini? Untuk itu perlu kita refresh lagi ingatan kita tentang sejarah Kartini, Kartini lahir di kota Jepara Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879, beliau merupakan keturunan priyayi atau bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara, ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.

Kartini tumbuh dan belajar di lingkungan yang kental tata cara ningrat jawa, ia hanya boleh bergaul dengan orang-orang Belanda atau orang-orang yang terhormat dan tidak boleh bergaul dengan rakyat kebanyakan namun Kartini tidak menyukai lingkungan yang demikian, hal ini terlihat dari isi suratnya yang ditujukan kepada Estelle “Stella” Zeehandelaar, tanggal 18 Agustus 1899 diantaranya: “Peduli apa aku dengan segala tata cara itu, segala peraturan-peraturan, semua itu bikinan manusia dan menyiksa diriku saja”

Kartini ingin mengubah keadaan tentang keningratan yang membeda-bedakan kelas sosial yang mana semakin biru darah ningratnya semakin tinggi kedudukannya, karena menurutnya setiap manusia sederajat dan mereka berhak untuk mendapat perlakuan sama. Sebagaimana suratnya kepada Stella pada tanggal 18 Agustus 1899: “Bagi saya hanya ada dua macam keningratan: Keningratan Pikiran (fikrah) dan Keningratan Budi (akhlak). Tidak ada yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat orang yang membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sudah beramal sholeh, orang yang bergelar Graaf atau Baron!”

Untuk memajukan para wanita yang ketika masa penjajahan dulu dianggap hanya “konco wingking” yang tidak boleh maju dan dinomorduakan dibandingkan dengan kaum laki-laki, Kartini berupaya memajukannya untuk mendapatkan hak pendidikan yang sama dengan laki-laki. Perjuangan Kartini tidaklah berarti untuk menyaingi laki-laki, namun memberi kontribusi bagi perbaikan masyarakat.

Cita-citanya ini diungkapkan melalui suratnya kepada Prof Anton dan Nyonya, pada tanggal 4 Oktober 1902: “Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan. Bukan sekali-sekali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tetapi, karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam (sunnatullah) sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”

Dari pemikiran-pemikiran Kartini tersebut dapat diambil pelajaran bahwa perjuangan Kartini bukan hanya untuk kepentingan wanita saja, namun jauh lebih luhur dan luas lagi yaitu untuk perbaikan tatanan kehidupan
masyarakat seperti :

* Mengubah budaya keningratan yang membedakan status sosial manusia kepada persamaan derajat setiap manusia dan yang membedakannya adalah tingkat ketaqwaannya.

Hal ini sesuai dengan Al Qur’an Surat Al Hujurat ayat 13

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

* Menyamakan persamaan hak dalam mencari ilmu bagi setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan karena mencari ilmu adalah wajib bagi setiap manusia.

sesuai sabda Rasulullah :

“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam”
(Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)

* Ingin memajukan kaum wanita sesuai dengan kodratnya sebagai wanita agar tidak menjadi wanita yang terbelakang sehingga dapat memberikan kontribusi demi kemajuan umat dengan tidak meninggalkan kodratnya sebagai wanita dan fungsi utamanya yaitu sebagai ibu dan pengatur rumah tangga.

wallahu a’lam bishowab

Sumber :
1. Wikipedia.org
2. Sandiprasetian36.blogdetik.com

Mutiara Kata

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)
April 2024
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Archives

Top Rating

Blog Stats

  • 186.947 hits

Favorit link