It's just my little's notes…

Posts Tagged ‘Sejarah Kartini

Ketika memasuki bulan April, yang terlintas dalam benak kita adalah hari Kartini, yaitu hari untuk memperingati seorang tokoh wanita yang kita kenal sebagai pejuang emansipasi wanita.

Kecil saya dulu ketika masih sekolah SD, setiap tanggal 21 April selalu memperingati hari Kartini dengan mengadakan karnaval dan berbagai lomba dengan memakai baju pakaian adat, ketika itu belum tahu apa arti dan maksud dari perjuangan RA Kartini, tahunya hanya tanggal 21 April adalah hari Kartini dan senang karena ada karnaval dan lomba memakai baju adat 🙂

Lalu pelajaran apa yang bisa diambil dari seorang Kartini? Untuk itu perlu kita refresh lagi ingatan kita tentang sejarah Kartini, Kartini lahir di kota Jepara Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879, beliau merupakan keturunan priyayi atau bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara, ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.

Kartini tumbuh dan belajar di lingkungan yang kental tata cara ningrat jawa, ia hanya boleh bergaul dengan orang-orang Belanda atau orang-orang yang terhormat dan tidak boleh bergaul dengan rakyat kebanyakan namun Kartini tidak menyukai lingkungan yang demikian, hal ini terlihat dari isi suratnya yang ditujukan kepada Estelle “Stella” Zeehandelaar, tanggal 18 Agustus 1899 diantaranya: “Peduli apa aku dengan segala tata cara itu, segala peraturan-peraturan, semua itu bikinan manusia dan menyiksa diriku saja”

Kartini ingin mengubah keadaan tentang keningratan yang membeda-bedakan kelas sosial yang mana semakin biru darah ningratnya semakin tinggi kedudukannya, karena menurutnya setiap manusia sederajat dan mereka berhak untuk mendapat perlakuan sama. Sebagaimana suratnya kepada Stella pada tanggal 18 Agustus 1899: “Bagi saya hanya ada dua macam keningratan: Keningratan Pikiran (fikrah) dan Keningratan Budi (akhlak). Tidak ada yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat orang yang membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sudah beramal sholeh, orang yang bergelar Graaf atau Baron!”

Untuk memajukan para wanita yang ketika masa penjajahan dulu dianggap hanya “konco wingking” yang tidak boleh maju dan dinomorduakan dibandingkan dengan kaum laki-laki, Kartini berupaya memajukannya untuk mendapatkan hak pendidikan yang sama dengan laki-laki. Perjuangan Kartini tidaklah berarti untuk menyaingi laki-laki, namun memberi kontribusi bagi perbaikan masyarakat.

Cita-citanya ini diungkapkan melalui suratnya kepada Prof Anton dan Nyonya, pada tanggal 4 Oktober 1902: “Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak perempuan. Bukan sekali-sekali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tetapi, karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam (sunnatullah) sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.”

Dari pemikiran-pemikiran Kartini tersebut dapat diambil pelajaran bahwa perjuangan Kartini bukan hanya untuk kepentingan wanita saja, namun jauh lebih luhur dan luas lagi yaitu untuk perbaikan tatanan kehidupan
masyarakat seperti :

* Mengubah budaya keningratan yang membedakan status sosial manusia kepada persamaan derajat setiap manusia dan yang membedakannya adalah tingkat ketaqwaannya.

Hal ini sesuai dengan Al Qur’an Surat Al Hujurat ayat 13

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

* Menyamakan persamaan hak dalam mencari ilmu bagi setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan karena mencari ilmu adalah wajib bagi setiap manusia.

sesuai sabda Rasulullah :

“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam”
(Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)

* Ingin memajukan kaum wanita sesuai dengan kodratnya sebagai wanita agar tidak menjadi wanita yang terbelakang sehingga dapat memberikan kontribusi demi kemajuan umat dengan tidak meninggalkan kodratnya sebagai wanita dan fungsi utamanya yaitu sebagai ibu dan pengatur rumah tangga.

wallahu a’lam bishowab

Sumber :
1. Wikipedia.org
2. Sandiprasetian36.blogdetik.com


Mutiara Kata

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)
Mei 2024
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Archives

Top Rating

Blog Stats

  • 186.950 hits

Favorit link